28
Apr

Kembangkan Bisnis Berkelanjutan, Program CSR MKTR Ini Dukung Agrobisnis Zero Waste

Untuk kali pertama, PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (IDX: MKTR) mengikuti proses penjurian TOP CSR Awards 2025. Dari situ terungkap, Perseroan sudah melakukan banyak program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mengatasi dampak dari operasional bisnis Perusahaan.

Dengan menggelar program CSR tersebut, MKTR pun menjadi salah satu nominator penerima penghargaan TOP CSR Awards 2025 yang digelar Majalah TopBusiness. Dari sesi penjurian ini, tim dari MKTR memaparkan sederet program CSR yang selaras dengan bisnis keberlanjutan dan pada akhirnya sudah berhasil menciptakan agrobisnis yang zero waste.

Hadir dalam proses penjurian tersebut, Mohammad Arief Pahlevi Pangerang selaku Direktur Sustainabilty & Partnership MKTR, Anindito Widya Wicaksono sebagai Investor Relation dan Head Corporate Communication, Ilhamd Fitriansyah sebagai Corporate Secretary, dan Muthia, Staf Corcom.

“Bagi kami, poin dari program CSR kami itu menitikberatkan dan berangkat dari suatu konsep trimitra harmony. Yang terdiri dari perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Itu semua berada dalam satu lingkungan. Prinsip ini yang kami pegang. Jadi kami ingin menjaga adanya keseimbangan adanya trimitra tadi. Selain itu, kami juga memegang teguh semangat kebun zero waste, sehingga limbahnya pun akan selalu kita olah,” tutur Arief Pahlevi, saat penjurian online, Selasa (23/4/2025).

MKTR sendiri memiliki kebun sawit berlokasi di tiga desa, antara lain di Desa Kujan dan Guci, Kecamatan Bulik, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Sehingga program CSR yang dikembangkannya pun, kata Arief, menyasar ke masyarakat di desa tersebut.

“Intinya, keberadaan kami harus bisa memberikan manfaat di daerah dimana kita berusaha. Tiga desa ini menjadi concern kami. Salah satunya dengan mengusung konsep kemitraan membentuk koperasi. Adapun konsep kemitraannya ada dua, plasma mandatory dan plasma mitra,” terang dia.

Untuk diketahui, MKTR merupakan perusahaan perkebunan yang berpusat di Jakarta. MKTR adalah bagian dari Maktour Group, perusahaan biro haji dan umroh terkemuka di Indonesia yang dipimpin oleh Fuad Hasan Masyhur.

Saat ini, MKTR memiliki usaha di industri kelapa sawit dan mempunyai area perkebunan serta pabrik kelapa sawit di Kalimantan Tengah. MKTR mengedepankan prinsip tata kelola perusahaan terbaik dengan konsep integrasi antara hasil perkebunan, pengolahan, dan pemanfaatan limbah. Dan Perusahaan berubah status menjadi Perusahaan Tbk pada tahun 2022 lalu.

Dengan visinya adalah: ‘Menjadi Perseroan yang menghasilkan komoditi agrobisnis zero waste terbaik yang berfokus pada nilai tambah dalam menjaga lingkungan.’

Adapun misinya: ‘Membangun Agrobisnis dengan Inovasi Best Practice Agronomi yang berkelanjutan serta ramah lingkungan untuk menghasilkan Nilai Tambah Optimal kepada seluruh pemangku kepentingan.’

“Kami memang sudah berkomitmen untuk menghasilkan agrobisnis zero waste,” jelas Anindito.

Dijelaskannya, saat ini MKTR memiliki lahan kelapa sawit seluas 8.500 ha (hectare) tertanam. Ditunjang dua pabrik kelapa sawit berkapasitas 60 TPH (ton per hour). Serta dua pabrik pupuk organik berkapasitas total 8 TPH. Juga ada satu Kernel Crushing kapasitas60 TPD (ton per day). Dan satu pilot project Plant Biomass Pellet kapasitas 2 TPD.

Ada pun strategi bisnis yang diusung adalah, pertama, meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas yang berkelanjutan melalui penerapan Good Agronomic Practices dan Good Manufacture Practices. Kedua, meningkatkan dan mengembangkan komitmen Perseroan pada tanggung jawab sosial perusahaan, pengembangan komunitas setempat dan inisiatif sistem lingkungan yang berkelanjutan.

Ketiga, secara selektif menelaah kesempatan mengakuisisi lahan dan membentuk kerja sama strategis dengan pihak lain untuk mengembangkan kegiatan operasional; dan keempat, melakukan pengembangan dan diversifikasi basis zero waste Palm Oil Industry.

 

Bisnis Berkelanjutan

Lebih jauh Anindito menjelaskan, Perusahaan berkomitmen dalam menjalankan bisnis berkelanjutan ini. Komitmen itu mulai dari top management hingga yang terbawah sudah ditanamkan semangat untuk mengedepankan bisnis berkelanjutan.

Karena, kata dia, “Pertumbuhan yang berkelanjutan adalah landasan utama strategi bisnis kami. Ini semua menyatukan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam perencanaan strategis. Semua saling bersinergi.”

“Jadi, menanamkan nilai keberlanjutan dalam proses operasional harian sudah menjadi ‘DNA’ kami. Dan sudah harus ditanamkan oleh owner (MKTR), sehingga kita juga mendorong masyarakat sekitar untuk bersinergi agar membantu operasioal bisnis perusahaan. Serta memastikan keberlangsungan usaha melalui efisiensi dan inovasi,” tutur dia lagi.

Adapun, strategi operasional dan efisiensi tersebut adalah, Integrasi Visi Keberlanjutan, -Penguatan Kinerja Operasional, Efisiensi dan Manajemen Risiko, Komitmen Sosial dan Lingkungan, Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance), serta Penciptaan Nilai Jangka Panjang.

Sementara itu dalam perumusan tujuan pengelolaan tanggung jawab sosial dalam mendukung strategi bisnis berkelanjutan itu, kata Anindito, pertama, dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

MKTR, sambungnya, menggunakan pengusaha lokal untuk mendukung bisnis perkebunan Perseroan. Salah satu contohnya dalam proses pengambilan buah sawit, itu dibutuhkan transportasi berupa dump truck. Per harinya, MKTR butuh sekitar 60 dump truck untuk operasional. Di sisi lain, Perusahaan hanya memiliki 15 dump truck saja.

“Sehingga sisanya menggunakan (dump truck) pengusaha lokal. Bisa milik kepala desa, koperasi daerah, petan sawit, dan lainnya untuk support kegiatan pengangkutan buah sawit kami. Ini kami lakukan semata-mata menjaga stabilitas kesejahteraan masyarakat setempat,” katanya.

Selanjutnya dengan strategi membangun hubungan yang harmonis dengan pemangku kepentingan, melalui trimitra harmony tadi.

Juga, kata dia, mendukung ketahanan sosial dan lingkungan. Dalam hal ini, sambung dia, salah satu programnya melalui pupuk organik yang diproduksi oleh anak usahanya PT Mentobhi Hijau Lestari. Pupuk sendiri diproduksi dari hasil tndan kosong sawit atau EFB (empty fruit bunch).

“Ini termasuk inovasi yang kami lakukan di industri sawit. Dimana produk kami EFB itu bukan limbah, tapi kami bisa olah sesuatu yang lebih bernilai. Salah satunya adalah menghasilkan pupuk organik dari tandan ini,” terangnya, bangga.

Program pupuk organik ini juga bagian dari kerja sama denga petani sawit, melalui program turunan yakni “datang bawa uang, pulang bawa pupuk”. Hal ini berangkat dari kenyataan di lapangan, petani sawit ini banyak kekurangan pupuk, tidak dapat subsidi pupuk, sementara pupuk di lapangan sangat susah didapat, sekalipun ada dengan harga mahal.

“Maka dengan pupuk organik kami, paling tidak mereka bisa memupuk secara unsur hara, sehingga daya tumbuh jauh lebih baik. Dan pembayarannya juga bisa dengan buah (sawit). Bahkan bisa dicicil tiga kali pengiriman,” katanya.

Serta strategi selanjutnya adalah mengintegrasikan CSR ke dalam strategi bisnis; dan meningkatkan reputasi serta kepercayaan publik

 

Program CSR

Sejatinya, kembali Anindito menjelaskan, MKTR sudah banyak menggarap program CSR sebagai sikap tanggung jawab perseroan atas dampak bisnis yang sudah dihasilkan.

Beberapa program tersebut, antara lain, Konservasi Hutan dan Pengelolaan Area Nilai Konservasi Tinggi (HCV), Kemitraan dengan Petani Lokal dan Penguatan Rantai Pasok, Sertifikasi ISPO dan ISO 9001 untuk petani-petani sekitar, Program Sosial dan Budaya untuk Masyarakat Sekitar, Pemanfaatan Limbah dan Transportasi Ramah Lingkungan, Beasiswa Prestasi MKTR, Kemitraan Petani Plasma, Pembangunan Sarana Pendidikan dan Fasilitas Umum, dan banyak lagi.

“Untuk Konservasi Hutan dan Pengelolaan Area HCV ini, kami mengelola konservasi hutan itu dengan luas sekitar 42 ha. Ini memang kita alokasikan dan kami isolasi sebagai konservasi hutan. Sementara untuk kemitraan dengan Petani Lokal dan Penguatan Rantai Pasok, sejauh ini kami sudah bermitra dengan sekitar 1.500 petani yang memiliki lahan kira-kira 1.500 ha,” ujarnya.

Sementara terkait, Pemanfaatan Limbah dan Transportasi Ramah Lingkungan, sejauh ini MKTR berani mengklaim tidak menghasilkan limbah apa pun. Karena limbah sawit itu bisa dijadikan sebagai bahan bakar pupuk organik.

“Dalam hal ini, kami tengah membangun bio massa pellet. Ini juga bahkan bisa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik PLTU. Sehingga PLTU tersebut bisa co-firing atau pencampuran bahan bakar batu bara dengan biomassa. Insya Allah untuk tahun ini kita bangun bio massa pellet. Kita upgrade secara komersial 10 ton per jam. Nantinya kita bisa menghasilkan 60 ribu ton bio pellet per tahun,” tandas dia.

Lebih jauh Anindito juga memaparkan program CSR unggulan lainnya, Beasiswa Prestasi MKTR. Perseroan memberikan beasiswa kepada pelajar berprestasi di wilayah operasional perusahaan, dengan tujuan meningkatkan akses pendidikan dan mendorong pengembangan sumber daya manusia lokal.

Program selanjutnya, Kemitraan Petani Plasma. Dalam program CSR ini, MKTR menjalin kemitraan dengan petani lokal melalui skema plasma, menyediakan bibit unggul, pelatihan budidaya, dan pendampingan koperasi untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.

“Ini selaras dengan Asta Cita Nomor 1: Mendorong kemandirian ekonomi masyarakat. Dan keterkaitan dengan Program Prioritas Nomor 3, yakni penguatan ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan. Dengan program ini, meningkatkan pendapatan petani, memperkuat ketahanan pangan lokal, dan menciptakan hubungan saling menguntungkan antara perusahaan dan komunitas,” tandasnya.

Dan tak ketinggalan juga program Pembangunan Sarana Pendidikan dan Fasilitas Umum. “DI sini MKTR membangun dan memperbaiki sarana pendidikan serta fasilitas umum seperti jalan, jembatan, dan tempat ibadah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar di ring 1 atau desa-desa sekitar Perkebunan MKTR,” pungkas dia.